Bali Bawah Tanah Logo

Kuintet Monyet Mutan, Morbid Monke Merilis “When I Feel Alive”, Single Pertama Dalam Sejarah Penciptaan Musik Mereka

Kategori

  • Latest News
  • Profil Band
  • Nasional

Latest News

  • blog thumbnail
    17 August 2025

    TOILETKISS Trio Hard Rock Stoner Punk asal Semarang rilis single kedua berjudul TUA BODOH!

  • blog thumbnail
    17 August 2025

    Babak Baru Perjalanan Musik Disvigured Melalui Single Dead March For Concupiscence

  • blog thumbnail
    28 July 2025

    MEANS Merilis Single Same Past, Sebuah Titik Kumpul dari Masa Lalu yang Sama

  • blog thumbnail
    24 July 2025

    Kuintet Monyet Mutan, Morbid Monke Merilis “When I Feel Alive”, Single Pertama Dalam Sejarah Penciptaan Musik Mereka

  • blog thumbnail
    21 July 2025

    King Of Panda Kembali dengan Single "Over My Head" Curhat Jujur Soal Luka Terpendam

Profil Band

  • blog thumbnail
    01 September 2022

    Antibodi

  • blog thumbnail
    30 August 2022

    Rograg

  • blog thumbnail
    26 August 2022

    The Boldness

  • blog thumbnail
    26 August 2022

    Pherona

  • blog thumbnail
    22 August 2022

    Namsore

Arsip

  • August 2022
  • July 2022
  • June 2022
  • September 2022
  • November 2022
  • June 2023
  • August 2023
  • November 2023
  • December 2023
  • February 2024
  • April 2024
  • November 2024
  • February 2025
  • March 2025
  • May 2025
  • July 2025
  • August 2025
Admin - 24 July 2025

Denpasar – Not for the fainted-hearted. Bukan ditujukan atau tidak cocok dikonsumsi kuping lazim. Too weird to live, too rare to die. Inilah salah satu arketipe yang dipertimbangkan untuk tidak diproduksi secara massal, khususnya bagi populasi band di skena punk Bali. Lima anak monyet dengan groove ganjil di persendian Viagra, menari liar, lompat-lompatan sebagaimana sekumpulan mutan pesakitan yang menelan not abstrak: Morbid Monke merilis “When I Feel Alive” via Dirt & Dust Records sebagai single pertama dalam sejarah evolusi penciptaan musik mereka. 

Berasa tribal, namun pada akhirnya terkontemporerkan lewat sebuah komposisi art/post punk aneh yang membaurkan eksperimen eksploratif belalai terompet pseudo jazz, disonansi psychedelic noise berupa colongan lick gitar, dan rapalan vokal macam tengah membeling. Tidak ada kombinasi seperti mereka sebelumnya. Dengan formasi anyar penyanyi Karisma Kele, gitaris Krisna Dwipayana, bassis Deoka, terompet Dewok serta dramer Gerby, Morbid Monke melahirkan kepada kita bentuk paling ganjil dari representasi seekor punk rocker gila di suasana karnaval lantai disco.

“Aku ingin penonton tuh bouncing, bukan mosh. Makanya musik kami tidak kaku dalam satu genre saja. Aku berani kasih garansi, kalau kamu mau tahu gimana enaknya nge-dance, silakan datang ke live show kami,” ujar Kele coba menggoda urat jejingkrakan kalian.

Dan semuanya terdengar di single “When I Feel Alive”. Sebuah ode tentang gairah hidup yang intens. Kebebasan hibrida menjadi orbit otentik lagu itu, begitu bebas selagi hilang belenggu dan rasa cemas berganti dengan euforia warna-warni. Morbid Monke mengimortalisasi momen-momen pencerahan terbaik milik mereka dari sejak terbentuk pada September 2024 silam, lalu menggubahnya ke dalam suatu aransemen eksentrik, di mana sebotol wiski mengikat perhatian lima anak monyet yang melingkar terbakar jiwa, menggerutu, bermimpi, bicara mengenai teori konspirasi, ngalor ngidul soal Beelzebub hingga ocehan konyol sepasang “moot boob”. Semuanya berlangsung secara simultan, kemudian Krisna mengerjakan musiknya, Dewok menulis liriknya, sementara Kele-Deoka-Gerby membangun pondasi quirky ritem yang kokoh sekaligus sumbang.

“Lagu ini bercerita tentang proses bonding chemistry kami sebagai band. Di Bali, kita pasti minum. Teruslah aku bawa wiski setiap kali latihan, kita mabuk bareng, dari sanalah akar Morbid Monke kecemplung total. Cara kami menemukan spirit bareng itulah yang aku tuliskan menjadi lirik,” ucap Dewok. 

Dirilisnya “When I Feel Alive” memperlihatkan praktik ambisi dari sebuah kuintet monyet, untuk berlagu produktif dalam jangka waktu tergolong singkat—kurang dari setahun dan mereka telah memenangkan sebuah kompetisi musik yang memberi kesempatan untuk rekaman dengan Robi Navicula menggubah ulang “Dinasti Matahari” dan sebuah lagu sendiri berjudul “Eight Ball”. Dua lagu yang kemudian diterbitkan terbatas sebagai maxi-single Record Store 2025 Edition, rilisan mandiri.

Tidak hanya berhenti di “When I Feel Alive”, dua single berikutnya telah siap beruntun menyusul terbit, invitasi menuju debut album penuh yang menolak kepunahan. Jika kalian menyukai kunci gitar sumbang, sound rock yang kutu buku, awkward dance tetapi berjenaka selayaknya seekor monyet sawan, Morbid Monke adalah band punk yang tepat untuk dimakan.

Single “When I Feel Alive” sudah bisa dinikmati di semua DSP mulai 18 Juli 2025.

Instagram: @morbidmonke

Bagikan:
Bali Bawah Tanah Logo

Musik News | Media Partner | Media Promotion | Photo Stage | Band Profile
@balibawahtanah

© 2022

  • Home
  • Latest News
  • New Release
  • Events
  • Makna Nama Band
  • Profil Band
  • Index Band
  • Contact